Menyongsong Tiga Dasawarsa PPPKMI: “GERMAS” BRANDING BARU KESEHATAN

Category: Berita & Kegiatan Written by nandita
 
Oleh : Dr. Kodrat Pramudho SKM, M.Kes (Anggota Dewan Pakar PPPKMI)
 
Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan serius berupa beban ganda penyakit. Perubahan gaya hidup masyarakat ditengarai menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi) dalam 30 tahun terakhir. Permasalahan kesehatan yang timbul saat ini merupakan akibat dari perilaku hidup yang tidak sehat ditambah sanitasi lingkungan serta ketersediaan air bersih yang masih kurang memadai di beberapa tempat. Sementara kesadaran masyarakat yang kini dimanjakan dengan adanya jaminan kesehatan nasional (JKN) yang konon memicu masyarakat untuk tidak mau mencegah penyakit, karena beranggapan bila sakit sekarang dengan mudah mendapatkan pelayanan kesehatan. Sebagian besar masyarakat kini telah memiliki Kartu JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.  Meskipun anggapan tersebut belum tentu benar, tetapi itulah fenomena yang terjadi di sebagian besar Puskesmas yang kini disibukkan oleh upaya pengobatan kepada masyarakat pasien. Satu sisi JKN memberikan keuntungan bagi masyarakat mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, tetapi di sisi lain masyarakat menjadi “malas’ untuk melakukan pencegahan yang mesti diteliti lebih lanjut. Lebih dari 3 (tiga) tahun implementasi JKN masih belum berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencegah penyakit. 
 
Dalam 30 tahun terakhir ini, di Indonesia terjadi perubahan pola penyakit (transisi epidemiologi) ditandai dengan meningkatnya kematian dan kesakitan akibat PTM seperti stroke, jantung, kanker dan kencing manis. Untuk mencegah meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit baik menular maupun tidak menular, upaya promotif dan preventif sangat efektif.
Sejak setahun terakhir ini Kementerian Kesehatan telah memasarkan  Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang selanjutnya disingkat dengan Germas, dan kini merupakan branding baru. Germas menyasar pada upaya pencegahan dan pengendalian penyakit utamanya penyakit tidak menular (PTM) yang sasarannya bagi usia produktif. Pesan inti Germas adalah setiap individu untuk periksa kesehatan secara rutin, mengkonsumsi sayur dan buah, tidak merokok serta olahraga setiap hari minimal 30 menit. Fokus perilaku sehat dalam Germas yaitu melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi sayur dan buah, dan memeriksa kesehatan secara rutin.
Komitmen dan dukungan Pemerintahan Jokowi-JK sangatlah tinggi yang ditandai dengan terbitnya Instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang menginstruksikan kepada seluruh Kepala Daerah dengan seluruh sektor terkait untuk melaksanakan Germas di tempat masing-masing. Kesempatan ini harus dimanfaatkan dengan baik, untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini dan diterapkan di tempat masing-masing.
Kita ingat pada era 1990-an penyebab kematian dan kesakitan terbesar adalah penyakit menular seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), Tuberkulosis (TBC), dan diare. Namun sejak tahun 2010 pola penyakit bergeser menjadi Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti stroke, jantung dan diabettes mellitus atau kencing manis dan memiliki proporsi lebih besar di pelayanan kesehatan. Pergeseran pola penyakit ini mengakibatkan beban pada pembiayaan kesehatan negara. Sumberdaya yang dibutuhkan untuk mengobati PTM selain membutuhkan biaya tinggi juga membutuhkan waktu yang panjang. Karena itu, Germas menjadi momentum bagi masyarakat guna membudayakan pola hidup sehat. Pelaksanaan Germas harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian, mulai dari proses pembelajaran hingga menuju kemandirian. Pendekatan keluarga yang kini menjadi keharusan bagi setiap  Puskesmas menjadi penting untuk dilaksanakan, dipantau dan dievaluasi. Kata-kata health begins at home yang pernah populer lebih dari dua dasawarsa yang lalu, yang menandakan bahwa kesehatan itu dimulai dari rumah tangga menjadi relevan digencarkan kembali oleh semua jajaran kesehatan dan berbagai pihak.
Untuk mensukseskan Germas tidak hanya mengandalkan peran sektor kesehatan saja, perlu peran aktif dari semua stakeholder untuk memberikan dukungan dengan berkomitmen dan peran serta. Jangan sampai menunggu sakit apalagi sakit PTM, lebih baik mencegah daripada mengobati. Jika masyarakat melaksanakan Germas maka masyarakat dapat hidup lebih sehat atau jika sakit akan lebih ringan.
 
Pergeseran pola hidup mengakibatkan pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Jika kita melaksanakan Germas dan mencegah PTM maka biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan PTM tersebut dapat kita gunakan untuk promotif dan preventif. Meningkatnya PTM menjadi beban ekonomi, maka laksanakan Germas aktivitas fisik minimal 30 menit dapat seperti menyapu halaman, makan buah sayur lokal sesuai musim, dan memeriksa kesehatan dini secara teratur minimal 6 bulan sekali.
Kini banyak anak muda umur 30 tahunan kena stroke karena menderita hipertensi tetapi tidak rutin mengkonsumsi obat, mencegah hipertensi salah satunya dengan rutin cek tekanan darah dan pola hidup sehat. Hindari merokok terutama merokok di sekitar orang-orang yang kita sayangi karena perokok pasif lebih berbahaya dari perokok aktif. Menurut Riskesdas 2013, penduduk berusia di atas 15 tahun yang merokok sebanyak 36,3 %. Padahal kondisi kesehatan penduduk di Indonesia 70% dalam keadaan sehat dan 30% dalam keadaan sakit. Melihat data tersebut sebenarnya penduduk Indonesia lebih banyak yang sehat dibandingkan yang sakit. Untuk itulah, perlu dijaga agar tetap sehat, ditingkatkan derajat kesehatannya dan tidak jatuh sakit dengan menerapkan paradigm sehat. Sedangkan 30% penduduk yang sakit, 42% mengobati diri sendiri dan 58% mendatangi pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan seperti ke Puskesmas, Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pertama lain dan Rumah Sakit (RS).
Sesuai instruksi Presiden No. 1 Tahun 2017, Germas adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan, dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Di tingkat pusat yang menjadi koordinator untuk Germas adalah Bappenas, jadi di daerah seharusnya Bappeda-lah yang menjadi koordinator untuk mensukseskan Germas.
Tujuan dari Germas adalah agar masyarakat berperilaku sehat, sehingga dapat berdampak pada:
• Kesehatan terjaga
• Jika sehat, produktivitas masyarakat meningkat
• Terciptanya lingkungan yang bersih
• Biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk berobat berkurang
• Peningkatan aktivitas fisik
• Peningkatan perilaku hidup sehat
• Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan gizi
• Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit
• Peningkatan kualitas lingkungan
• Peningkatan edukasi hidup sehat
 
Dalam mewujudkan Germas perlu peran aktif lintas sektor terkait, seperti di  Kementerian Kelautan dan Perikanan mensukseskan gerakan mengkonsumsi ikan, Kementerian PU menyediakan sarana olahraga, Kemendikbud  mendorong setiap siswa sekolah untuk melakukan aktivitas fisik setelah duduk untuk belajar, Kemenaker mendorong setiap pekerja setiap 4 jam melakukan peregangan otot, Gerakan Pramuka dapat lebih memotivasi anggotanya untuk hidup sehat, dan lain-lain.
Peran masyarakat individu/keluarga dalam Germas dengan mempraktikan pola hidup sehat sehari-hari seperti melakukan aktivitas fisik secara rutin setiap hari, membudayakan konsumsi buah dan sayur setiap hari, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol dan zat adiktif lainnya, pengelolaan stres secara baik, budayakan buang air besar pada tempatnya dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin minimal 6 bulan sekali.
 
Sosialisasi Germas yang kini digencarkan melalui berbagai  media massa dan juga media sosial tidaklah cukup jika tidak diimbangi dengan keteladanan para pemimpin untuk hidup sehat. Begitulah komitmen  dari berbagai kalangan yang harus ada dalam melaksanakan Germas.
  
Foto salah satu acara sosialisasi Germas di daerah
 
 
 
Peran PPPKMI?
PPPKMI merupakan Perkumpulan Promosi dan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Indonesia memiliki peran besar dalam Germas tersebut. Sebagai kumpulan para ahli dan peminat promosi kesehatan tentunya harus dapat menginspirasi semua petugas kesehatan untuk memasarkan dan mengimplementasikan Germas yang kini menjadi branding Kementerian Kesehatan. Mestinya dengan Germas yang menjadi salah satu proxy indikator tidak ada lagi petugas kesehatan yang merokok ketika memberikan pelayanan dan bahkan menjadi contoh atau keteladanan bagi masyarakat untuk hidup sehat. Dirgahayu PPPKMI ke-30 tahun dan semoga kiprahnya dapat dirasakan oleh masyarakat, terutama yang ingin mengubah perilaku jelek menjadi perilaku baik terhadap kesehatan (KP).