Dukung Tiga Dasawarsa PPPKMI, PPPKMI D.I. Yogyakarta Selenggarakan Semiloka Promosi Kesehatan Mental dan Sertifikasi Promotor Kesehatan

Promosi kesehatan memegang peran penting dalam penguatan kesehatan mental masyarakat. Sesuai Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, upaya promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat merupakan ujung tombak dalam peningkatan kesehatan masyarakat, yang didalamnya termasuk kesehatan mental. Promosi untuk kesehatan mental membutuhkan upaya kolaboratif baik dari sektor kesehatan maupun non kesehatan. Dengan demikian, kapasitas promotor kesehatan perlu ditingkatkan untuk menguatkan upaya promotif dan preventif di bidang kesehatan mental.

Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat (PPPKMI), sebagai organisasi profesi yang menaungi penggiat di bidang promosi kesehatan, telah memasuki usia yang ke 30 tahun. Organisasi profesi yang berdiri pada tanggal 14 Februari 1988 ini telah berkontribusi besar dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Guna meningkatkan positioning dan semakin mempekenalkan organisasi ini,  PPPKMI Cabang DI Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan seminar dan lokakarya (Semiloka). Semiloka dilaksanakan Jumat (2/3) di Ruang Theatre Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada. Adapun tajuk seminar adalah “Kesiapan Pelayanan Primer dalam Promosi Kesehatan Mental” yang diisi oleh ahli, pengambil kebijakan sampai dengan praktisi. Sesi seminar dihadiri pula oleh Ketua PPPKMI Pusat, Dr. Dra. Rita Damayanti, MScPH.

Sambutan Ketua Umum PPPKMI : 3 Dasawarsa PPPKMI -Masyarakat Cinta Sehat Indonesia Kuat

oleh : Dr. Dra. Rita Damayanti, MSPH (Ketua Umum PPPKMI 2017 - 2021)

Perkumpulan Promotor dan Pendidik Kesehatan Masyarakat (PPPKMI) berdiri pada tanggal 14 Februari 1988. Tak terasa, kiprah organisasi profesi ini telah memasuki tiga dasawarsa, 1988—2018. Para pendiri organisasi profesi ini tentunya memiliki keinginan kuat dalam menyukseskan pembangunan di bidang kesehatan melalui promosi kesehatan dan terbukti telah menyumbangkan kontribusinya di bidang ini.
Memasuki usianya di tiga puluh tahun ini, keberadaan organisasi profesi kini semakin nyata, sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, martabat dan etika profesi tenaga promosi kesehatan. Keberadaan tenaga promosi kesehatan di masyarakat harus mampu menjadi solusi dalam penyelesaian permasalahan kesehatan masyarakat.
Peran PPPKMI, baik di tingkat pusat sampai ke cabang sekarang dan ke depan menjadi  sangat penting, khususnya dalam pembinaan dan peningkatan mutu sumber daya promosi kesehatan. Tiga dasawarsa PPPKMI adalah momen yang menguatkan peran PPPKMI di masyarakat.

 

PPPKMI untuk Indonesia Sehat

Oleh : Ridwan, SKM,. MPH. (Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Jambi)

30 tahun menjadi organisasi bukanlah waktu yang singkat, patut bersyukur bahwa dengan usia selama itu PPPKMI masih dapat hadir untuk membantu dalam peningkatan kesehatan di Indonesia. Inpres nomor 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat Sehat (GERMAS) menjadi momentum yang tepat dalam meningkatkan partisipasi PPPKMI  memainkan peran dalam rangka mempercepat dan mensinergikan tindakan dari upaya  promotif dan preventif hidup sehat guna meningkatkan produktivitas  penduduk dan menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan  akibat penyakit. Pada saat ini upaya-upaya terus dilakukan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Perkembangan media di daerah yang dilakukan jajaran kesehatan sudah menunjukan trends yang baik dengan jumlah anggaran yag memadai, sehingga media dapat disampaikan pada semua media, baik media cetak maupun elektronik, dengan pesan yang sama. Sungguh perkembangan yang sangat menggembirakan. Upaya advokasi ke Gubernur, Bupati/ Walikota dengan Germas menjadi warna baru dalam meningkatkan peran stakeholder di bidang kesehatan.
          Data  Riskesdas 2013,  secara nasional angka konsumsi  buah dan sayur baru mencapai 10,7 %, aktivitas fisik 52,8%,  cuci tangan dengan benar 47,2% dan ASI eksklusif 38%.  Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga sudah masuk tahap pendataan keluarga yang dilakukan sebahagian Puskesmas pada tahun 2017. Setelah dilakukan pendataan  tentunya akan sangat menarik sekali karena dalam satu wilayah akan terlihat permasalahan kesehatan dengan 12 indikator keluarga sehat. Tingkat RT, kelurahan/desa sampai ke tingkat nasional. Beberapa permasalahan  indikator tersebut tentunya berhubungan dengan upaya promotif  misalnya merokok,  aktivitas fisik, makan buah dan sayur, ASI eksklusif dan KB.   Pertanyaannya,  setelah hal–hal tersebut dilakukan siapakah yang akan mengerjakan di akar rumput ?  Menjadi pengalaman menarik pada program-progam  terdahulu, misalnya Desa Siaga Aktif,  dengan konsep yang sangat baik dalam upaya pemberdayaan masyarakat. Ketika  kegiatan sosialisasi  masuk ke dalam tahap implementasi,  menjadi suatu kendala siapa yang  dapat mengerjakan untuk kelangsungan program tersebut.  Pelatihan-pelatihan sudah dilaksanakan dari fasilitator provinsi sampai ke desa. Namun siapakah yang dapat mendampingi perjalanan program ini. Inilah saatnya  hadir tenaga promosi kesehatan di tingkat Puskesmas. Tenaga dengan kompetensi yang mampu dalam upaya penggerakan, perencanaan program dan pembiayaan promosi kesehatan. Tenaga promosi yang di maksud bukan hanya tenaga yang pernah dilatih karena jika ini dilakukan, maka terjadi permasalahan baru, SDM tersebut pindah atau kurangnya pengetahuan yang cukup untuk melaksanakan karena ada beban ganda/ profesi ganda yang mereka kerjakan, sehingga tidak fokus dan pada akhirnya mengalami kegagalan pada program  promosi kesehatan. Hal ini akan terlihat bahwa peran promosi kesehatan di level Dinas Kesehatan dan Puskesmas akan mengalami pelemahan-pelemahan dan pada akhirnya ketidakpercayaan terhadap program promotif dan preventif.
        

Menyongsong Tiga Dasawarsa PPPKMI: “GERMAS” BRANDING BARU KESEHATAN

 
Oleh : Dr. Kodrat Pramudho SKM, M.Kes (Anggota Dewan Pakar PPPKMI)
 
Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan serius berupa beban ganda penyakit. Perubahan gaya hidup masyarakat ditengarai menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi) dalam 30 tahun terakhir. Permasalahan kesehatan yang timbul saat ini merupakan akibat dari perilaku hidup yang tidak sehat ditambah sanitasi lingkungan serta ketersediaan air bersih yang masih kurang memadai di beberapa tempat. Sementara kesadaran masyarakat yang kini dimanjakan dengan adanya jaminan kesehatan nasional (JKN) yang konon memicu masyarakat untuk tidak mau mencegah penyakit, karena beranggapan bila sakit sekarang dengan mudah mendapatkan pelayanan kesehatan. Sebagian besar masyarakat kini telah memiliki Kartu JKN yang dikelola oleh BPJS Kesehatan.  Meskipun anggapan tersebut belum tentu benar, tetapi itulah fenomena yang terjadi di sebagian besar Puskesmas yang kini disibukkan oleh upaya pengobatan kepada masyarakat pasien. Satu sisi JKN memberikan keuntungan bagi masyarakat mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, tetapi di sisi lain masyarakat menjadi “malas’ untuk melakukan pencegahan yang mesti diteliti lebih lanjut. Lebih dari 3 (tiga) tahun implementasi JKN masih belum berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mencegah penyakit. 
 
Dalam 30 tahun terakhir ini, di Indonesia terjadi perubahan pola penyakit (transisi epidemiologi) ditandai dengan meningkatnya kematian dan kesakitan akibat PTM seperti stroke, jantung, kanker dan kencing manis. Untuk mencegah meningkatnya kematian dan kesakitan akibat penyakit baik menular maupun tidak menular, upaya promotif dan preventif sangat efektif.
Sejak setahun terakhir ini Kementerian Kesehatan telah memasarkan  Gerakan Masyarakat Hidup Sehat yang selanjutnya disingkat dengan Germas, dan kini merupakan branding baru. Germas menyasar pada upaya pencegahan dan pengendalian penyakit utamanya penyakit tidak menular (PTM) yang sasarannya bagi usia produktif. Pesan inti Germas adalah setiap individu untuk periksa kesehatan secara rutin, mengkonsumsi sayur dan buah, tidak merokok serta olahraga setiap hari minimal 30 menit. Fokus perilaku sehat dalam Germas yaitu melakukan aktivitas fisik, mengkonsumsi sayur dan buah, dan memeriksa kesehatan secara rutin.

Workshop PPPKMI di Hotel Santika Depok, 17 - 19 November 2017

Percepatan pembangunan kesehatan diupayakan melalui Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga yang mengusung "paradigma sehat". Sehingga promotif-preventif menjadi pilar utama upaya kesehatan serta upaya pemberdayaan masyarakat. Program Indonesia Sehat merupakan salah satu pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dan menjadi higlight dari beberapa prioritas nasional. Promosi Kesehatan menjadi sangat penting dan menjadikannya agenda dalam perencanaan pembangunan nasional agar dapat menghasilkan kebijakan yang terpadu/berhubungan/bertaut didalam tata kelola pemerintahan yang baik, mobilisasi sosial dan memperkuat kesadaran akan kesehatan guna mengakselerasi tujuan pembangunan berkelanjutan.

Sharing Pengalaman STR Tenaga Promotor Kesehatan

 

STR Online

Dalam pelaksanaan Konferensi Nasional Promosi Kesehatan Nasional Ke 7 yang dilaksanakan pada tanggal 12 - 16 September 2017 di Jakarta, PPPKMI berkesempatan untuk membagikan pengalaman dalam uji coba STR Online yang dilakukan oleh PPPKMI Provinsi Jawa Barat dan PPPKMI Kota Bogor.

Pak Yudi memberikan paparan tentang STR Online

 

Peserta Workshop 3 STR Online

 

STR Promosi Kesehatan yang sudah terbit

Ada 4 narasumber yang memberikan paparan dalam workshop yang dilaksanakan pada hari Jumat, 15 September 2016 ini, diantaranya Bapak Yudi Mulyana (MTKI), Ibu Tuti Surtimanah dan Ibu Wini Nurwini (PPPKMI Prov Jawa Barat), dan Ibu Siti Nur Faizah (PPPKMI Kota Bogor). Pada akhir workshop, dilakukan penyerahan 14 STR yang telah berhasil terbit oleh MTKI kepada PPPKMI Kota Bogor.

Untuk mengunduh materi workshop STR Online, silakan klik link ini: https://drive.google.com/open?id=0BwBHS9mSeb2zSkNYWUNaNHVDMFE

 

 

-

Subcategories

Subcategories

Resep Masakan